Legalitas dan Keamanan Bot Telegram Penghasil Saldo Dana
Nah, dengan sistem penghasil uang seperti tadi, apakah benar bot Telegram yang menawarkan saldo DANA ini aman dan bisa dipercaya? Seperti yang sudah kita duga, ternyata semua bot Telegram yang menjanjikan saldo DANA adalah penipuan.
Setelah Jaka melakukan penelusuran dari berbagai sumber di internet, banyak testimoni dari pengguna yang menyatakan bahwa bot Telegram yang menjanjikan penghasilan hanyalah modus penipuan dari pembuat bot itu sendiri.
Apalagi, pada grup Telegram kamu diminta untuk memberikan sejumlah uang atau pulsa kepada admin sebagai persyaratan untuk mencairkan saldo DANA dari bot. Hal ini tentunya sangat berbahaya! Uangmu bisa saja diambil oleh admin tanpa adanya proses pencairan yang sebenarnya.
Sampai hari ini, Jaka belum menemukan testimoni dari pengguna yang berhasil mencairkan penghasilan dari bot Telegram. Oleh sebab itu, Jaka menyarankan untuk tidak menggunakan bot penghasil uang seperti ini sama sekali!
Baca Juga: Auto Cuan! Begini Cara Main Telegram Dapat Uang, Dijamin Untung!
Bonus untuk orang tua: cara melindungi anak Anda dari penipuan Telegram
Sebagai orang tua, Anda memainkan peran penting dalam melindungi anak-anak Anda agar tidak menjadi korban penipuan Telegram.
Berikut ini adalah tips yang diperlukan untuk menjaga anak Anda tetap aman daring :
Skema pump-and-dump investasi Telegram
Skema pump and dump adalah bentuk penipuan keuangan di mana sekelompok individu memanipulasi harga mata uang kripto atau saham dengan mengoordinasikan pembelian massal, mengirimkan pesan yang menyesatkan kepada calon pembeli, dan melalui pemasaran yang agresif. Setelah mereka mendapatkan banyak orang untuk membeli, para penipu ini menjual kepemilikan mereka.
Para korban yang tidak menaruh curiga ini dibiarkan dengan aset yang terdevaluasi setelah para penipu menjual saham mereka pada harga tertinggi, sehingga menyebabkan pasar ambruk.
Bagaimana cara mengidentifikasi akun Telegram palsu?
Periksa foto umum, nama pengguna dan nama tampilan yang tidak cocok, nama pengguna yang tidak biasa, dan informasi profil yang tidak lengkap. Baca juga informasi profil. Akun Telegram palsu seringkali memiliki informasi yang terbatas.
Bagaimana cara menghindari penipuan di Telegram?
Dengan meningkatnya aktivitas penipuan di Telegram, mengetahui penipuan Telegram ini dan cara menghindarinya menjadi suatu keharusan. Berikut adalah tips praktis untuk bantuan Anda tetap aman di Telegram:
Metode 1. Aktifkan verifikasi dua langkah
Telegram memungkinkan setiap pengguna untuk mengaktifkan verifikasi dua langkah, karena ini menambah lapisan keamanan ekstra pada akun mereka. Untuk melakukan ini:
Langkah 1. Buka pengaturan di Anda aplikasi Telegram.
Langkah 2. Klik privasi dan keamanan. Pilih “Verifikasi Dua Langkah.”
Langkah 3. Anda akan diminta untuk menetapkan kata sandi tambahan.
Langkah 4. Lakukan itu, dan kembali ke pengaturan .
Langkah 5. Selanjutnya, Anda perlu mengatur email pemulihan. Masukkan alamat email, dan kode akan dikirim untuk memverifikasi email.
Langkah 6. Masukkan kode, dan kembali ke pengaturan . Verifikasi dua langkah Anda telah diaktifkan.
Metode 2. Verifikasi keaslian
Selalu periksa kembali keabsahan pesan, terutama jika berkaitan dengan informasi pribadi atau pembayaran. Meskipun pesan ini berasal dari orang tepercaya, sebaiknya hubungi melalui video atau audio untuk mengonfirmasi, sebelum membagikan detail sensitif. Terkadang, akun mereka mungkin juga telah disusupi, dan penipu menggunakannya untuk mengakses Anda.
Selain itu, Anda dapat menggunakan pengatur waktu pesan Telegram untuk menetapkan batas berapa lama pesan diperbolehkan muncul di kotak obrolan Anda dan penerima tepercaya. Lakukan ini, kalau-kalau akun mereka diretas di kemudian hari.
Metode 3. Bergabunglah dengan saluran tepercaya
Selalu bergabung dengan saluran terverifikasi dan tepercaya untuk mendapatkan berita, pembaruan, peluang investasi, dan interaksi grup. Jika tawaran tersebut mencurigakan atau terlalu muluk-muluk, disarankan untuk keluar dari grup tersebut.
Metode 4. Batasi informasi pribadi
Berhati-hatilah dalam membagikan detail pribadi, bahkan dengan kontak yang tampak familier.
Aplikasi Alternatif Bot Telegram Penghasil Saldo DANA 2024
Daripada mengandalkan bot Telegram yang palsu dan menjebak, kamu bisa mendapatkan uang tanpa modal dengan menggunakan beberapa aplikasi penghasil uang terverifikasi dari Jaka. Berikut daftarnya:
Tip 2. Ajarkan tentang penipuan daring dan taktik umum
Phishing adalah salah satu penipuan Telegram yang umum di mana anak-anak lebih mungkin menjadi mangsanya. Anak-anak Anda harus mewaspadai dampak negatif dari mengklik tautan yang mencurigakan, karena akun mereka dapat diretas dan digunakan untuk mendapatkan informasi sensitif dari orang tua.
Bisnis.com, JAKARTA – Modus penipuan investasi titip dana kembali merebak. Kali ini, para komplotan penipu menggunakan aplikasi Telegram dan mencatut nama Rivan Kurniawan, praktisi pasar modal sekaligus Direktur PT Indovesta Utama Mandiri.
Rivan menuturkan penipuan investasi titip dana mengatasnamakan dirinya muncul dalam 2 – 3 bulan terakhir. Para penipu memalsukan identitas Rivan dan menjebak korban dengan modus menawarkan keuntungan investasi secara instan.
Awalnya, Komplotan penipu akan mengundang banyak orang ke dalam group palsu tersebut dengan menggunakan bot di Telegram. Setelah itu, korban akan dikirimkan pesan secara personal dan dibujuk untuk mengikuti investasi titip dana.
“Modusnya adalah meminta titip dana dan menjanjikan keuntungan instan. Misalnya, titip dana Rp1 juta dijanjikan akan menjadi Rp25 juta dalam waktu 3 – 6 jam,” ujarnya saat ditemui Bisnis di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Berdasarkan penelusuran Bisnis di aplikasi Telegram, sejumlah akun menggunakan nama Rivan Kurniawan sebagai wadah penipuan, seperti akun Rivan Kurniawan Official, Rivan Kurniawan Trading, Rivan Kurniawan Investor, dan beberapa nama lainnya.
Para penipu menggunakan foto profil, video, testimoni, rekening palsu, hingga bukti transfer untuk membuat akun seolah-olah terlihat resmi. Padahal, seluruh data tersebut merupakan hasil suntingan atau editan yang menjual nama Rivan Kurniawan.
Selain itu, pelaku penipuan di Telegram juga menggunakan testimoni dan percakapan palsu, baik dalam bentuk chat maupun video. Hal ini seakan memperlihatkan anggota atau member mendapatkan pencairan profit jumbo dari investasi tersebut.
Jika calon korban tampak ragu, komplotan penipu tidak segan-segan memperlihatkan KTP palsu dengan menggunakan identitas Rivan Kurniawan, dan surat izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) palsu guna meyakinkan korban.
“Penipuan ini melibatkan puluhan akun Telegram dan rekening penampung dari berbagai bank yang sering berganti, sehingga membuat pelacakannya semakin sulit. Jumlah rekening penampung juga terus bertambah, dan penipu berdalih itu adalah rekening tim atau bendahara mereka,” kata Rivan.
Hal tersebut mengakibatkan para korban acapkali tergiur oleh janji keuntungan instan. Mereka mula-mula akan menyetorkan dana investasi, kemudian setelah 3 – 6 jam penipu akan menginformasikan korban bahwa dirinya memenangkan trading.
Korban kemudian akan diminta membayar biaya tambahan atau fee 20% dari keuntungan yang dijanjikan. Semisal, dari keuntungan Rp25 juta, para korban diminta membayar Rp5 juta dengan alasan supaya profit dapat dicairkan.
Tidak berhenti sampai di situ, Rivan menuturkan penipu akan kembali meminta korban mengirimkan uang dalam jumlah lebih besar seperti Rp10 – Rp25 juta dengan dalih deposit sementara untuk mendapatkan surat tertentu, seperti surat izin OJK dengan biaya tambahan.
“Jika tidak membayar, pelaku akan mengancam kalau uang investasi tidak dapat dikembalikan. Proses ini terus berlanjut hingga korban sadar mereka tertipu dan uang sudah habis,” ucap Rivan.
Menurutnya, mayoritas korban yang tertipu merupakan masyarakat di daerah dengan akses informasi dan literasi keuangan rendah. Beberapa korban bahkan nekat menggunakan pinjaman online atau pinjol guna mengikuti modus penipuan tersebut.
Akibat literasi keuangan yang rendah, para korban cenderung mudah percaya dengan modus penipuan. Setelah sadar menjadi sasaran modus penipuan, para korban baru mencari tahu informasi terkait Rivan Kurniawan yang asli.
Contoh group-group telegram yang mencatut nama Rivan KurniawanPerbesar
Rivan menyatakan telah melaporkan kasus ini ke OJK, kepolisian, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan perbankan. Dia juga telah melaporkan akun-akun palsu ini ke Telegram, baik melalui fitur report fake account di dalam aplikasi, melalui @notoscam, maupun lewat email [email protected].
Namun, sejauh ini sejumlah akun palsu di Telegram belum ditutup. Rivan menuturkan bahwa aplikasi Telegram bisa menjadi aplikasi yang sangat berbahaya, karena laporan-laporan seperti ini sangat lambat direspons oleh Telegram.
Rivan secara berkala mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap modus penipuan titip dana mengatasnamakan dirinya di Telegram. Dia juga menegaskan tidak pernah menerima titip dana di Telegram, apalagi dengan janji keuntungan instan.
Dia berharap masyarakat dapat melapor ke polisi dan perbankan jika merasa menjadi korban penipuan investasi yang mengatasnamakan dirinya, tidak mudah mempercayai investasi dengan keuntungan instan, dan melaporkan akun-akun palsu di Telegram.
Ini adalah kisah tragis yang harus kuhadapi pada tanggal 17 Ramadan 1445 Hijriyah atau 28 Maret 2024 lalu. Di masa pensiun, ketika sudah tidak lagi menerima gaji, aku terjebak dalam penipuan “menyelesaikan misi bersama” dalam mempromosikan Drama Korea iQIYI atas nama PT Fastech Media Indonesia. PT Fastech Media Indonesia sendiri sepekan setelah kejadian melalui Instagram telah menyatakan bahwa event iQIYI itu adalah hoax, .
Pada awalnya, aku enggan menceritakan, bahwa aku telah tertipu dan rekening tabunganku disapu bersih penipu, namun memutuskan untuk menceritakannya setelah mengetahui, masih ada saja, yang tertipu dengan modus kurang lebih sama.
Ketika aku bercerita bahwa aku telah tertipu dan uang tabunganku melayang hingga Rp86,5 juta, respon yang kuterima hampir serupa,” Lho, kok bisa?” Sejujurnya, itu pertanyaan yang sama dari diriku sendiri. Kok bisa aku tertipu? Sebagai orang yang dianggap memiliki wawasan cukup luas terkait berbagai masalah ekonomi bisnis, cukup aneh jika tertipu. Qodarullah, aku memang tertipu. Terasa konyol dan bodoh, tapi itulah yang terjadi. Aku sedang lengah.
Saat itu, siang hari sekitar pukul 10.30, aku tengah merebahkan diri setelah terapi sambil membaca berbagai pesan grup di aplikasi telegram. Ada grup yang asing dan aku tidak tahu siapa yang mengundang. Aku diajak ikut mempromosikan Drama Korea, dan dijanjikan dapat komisi. Pada awalnya aku menolak dan keluar dari grup. Namun, tak lama kemudian, seorang bernama Mifta Zahla mengirim pesan dan mau membantuku jika ada kendala.
“Saya akan bantu Kakak, jika ada kendala,”kata Mifta dalam pesan pribadi di Telegram.
“Tidak ada kendala apa-apa, saya hanya tidak tertarik dan tidak mau ikut,” jawabku.
Mifta terus berusaha meyakinkanku untuk ikut event tersebut, dan singkat cerita, akhirnya aku terbujuk untuk bergabung melakukan tugas mempromosikan Drama Korea. Mifta mengarahkan aku ke seorang mentor bernama Irfan Leosandi dan mengaktifkan tugas, dengan beberapa opsi pembayaran dan komisi yang didapat.
Mentor Irfan mengarahkanku untuk bergabung ke Grup Telegram Kombinasi 669. Di dalam grup itu, Mentor Irfan memberikan 10 tugas, yang harus dilakukan para peserta, yang saat itu sebanyak 11 orang. Pada awal pelaksanaan tugas, para peserta diarahkan untuk memilih satu dari 3 opsi, dengan biaya dan komisi yang berbeda. Saya memilih opsi dengan biaya paling murah, karena saat itu hanya coba-coba, yakni 100.888 dengan komisi sekitar 21 ribu rupiah. Setelah membayar 100.888 dan menjalankan tugas dengan menscreenshot poster iklan drama korea, aku menerima dana sekitar 121 ribu rupiah yang ditransfer ke rekeningku. Setelah itu, Mentor Irfan mengarahkanku untuk melakukan top up, dengan opsi satu juga sebesar 500 ribu rupiah, dan memberikan tugas berikutnya. Setelah selesai, dana sebesar 600.000 rupiah masuk ke rekeningku. Nilai top up kemudian naik menjadi 2.800.000 untuk opsi 1, 4.800.888 (opsi 2) dan 8.800.888 (untuk opsi 3). Setelah membayar 2.800.000 dan menyelesaikan tugas, pihak penyelenggara event tidak menstransfer dana seperti sebelumnya dan Mentor Irfan memberikan tugas berikutnya hingga tugas ke 7. Pada tugas ke 7 ini, Mentor Irfan mendorong untuk melakukan top up senilai 13.000.888. Aku mulai ragu. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus melakukan top up jika ingin pencairan dana yang telah dibayarkan beserta komisinya. Seluruh peserta begitu semangat membayar biaya top up dan mengirimkan screenshot bukti transfer top up. Di tengah keraguanku membayar biaya top up, salah seorang peserta dalam Grup Kombinasi 669 ini, mengirim pesan pribadi dan mengatakan bahwa ia juga ikut event karena tetangganya benar-benar menerima komisi dari event ini.
Aku seperti orang yang terhipnotis kehilangan akal. Aku terus transfer ke nomor rekening Bank DBS yang dituju:1707659799, atas nama Sandra Aliyah sebesar 13.800.888 hingga tugas ke 10, harus transfer 26.000.888. Aku mulai panik dan marah. Aku masih berpikir untuk bisa mencairkan uang yang sudah kutransfer, hingga mau melakukan transfer. Aku pikir aku bisa menyelamatkan uangku.
Daar! Seperti petir di siang bolong, aku tersadarkan, bahwa komisi tidak cair, meski telah menjalankan tugas ke 10 atau tugas terakhir. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus membayar pajak 33 juta agar bisa mencairkan seluruh dana yang telah disetorkan beserta komisi sebesar 99 juta rupiah. Aku mulai marah dan berdebat panjang dengan Mentor Irfan. Sementara, peserta lainnya dengan mudah menyerahkan dana 33 juta rupiah agar bisa mencairkan dana 99 juta rupiah tersebut. Dua dari 11 peserta, mendapatkan pencairan dana 99 juta dan keduanya diijinkan untuk keluar grup, sementara 9 peserta sisanya, masih harus menyetorkan dana 33 juta rupiah. Aku tidak mau membayar 33 juta yang disebut Mentor Irfan sebagai pajak untuk menghindari money laundering. Alasan yang tidak masuk akal bagiku. Selain itu, aku juga sudah tidak punya uang lagi.
Mentor Irfan marah dan mendesak agar aku segera mencari pinjaman, termasuk pinjaman online. Aku menolak pinjaman online. Irfan pun terus mendesak agar aku membayar dan menyarankan aku untuk meminjam ke orang yang sudah mendapatkan pencairan dana. Satu dari dua orang peserta, yang disebut telah menerima pencairan dana 99 juta, bernama Ridduwaan, bersedia membantu 20 juta rupiah dan dikirimkan langsung ke rekening Sandra Aliyah. Sementara aku harus menambahkan 13,5 juta. Akhirnya aku menyetujui untuk mengirimkan 13,5 juta rupiah, dari dana di rekeningku yang tinggal tersisa 15 juta rupiah, yang kukirimkan ke rekening BCA nomor 9503113500888 atas nama Ayuni Adha Febbyaningtyas. Ridduwaan meminjami uang 20 juta, namun tidak mengirimkan uangnya ke rekeningku, melainkan langsung ke penyelenggara, atas nama Sandra Aliyah. Setelah aku mentransfer dana tersebut, tetap saja tidak cair, dengan alasan, sistem sedang limit score, karena banyak pencairan senilai 100 juta, sehingga peserta harus menambah setoran 10 juta untuk bisa mencairkan dana beserta komisi 150 juta. Mentor Irfan menyebut, pihak perusahaan telah memberikan keringanan, dari yang seharusnya membayar 50 juta rupiah.
Aku sudah menyerah. Semua anggota grup setor lagi 10 juta kecuali aku. Mereka mengirimkan screenshot transferan 150 juta untuk meyakinkan bahwa komisi yang dijanjikan benar-benar nyata.
Aku tetap menyerah, aku harus berhenti. Mentor Irfan marah dan menyebut aku satu-satunya dari 10 ribu peserta yang paling bawel dan tidak mau usaha.
“Gunakan otak sehat. Uang 150 juta tidak akan cair kalau tidak menambah 10 juta, “ kata Irfan.
“Kamu harus berusaha maksimal seperti yang lain. Mereka bisa pinjam ke sana kemari untuk bisa memenuhi setoran, ” lanjut Irfan.
Meski “hanya” 10 juta, aku tetap harus berhenti. Aku sudah kehilangan seluruh tabunganku, dan aku tidak mau menambah utang yang 10 juta.
Keesokan harinya, Mifta mengirim pesan agar aku membayar 10 juta agar pencairan 150 juta bisa dilakukan. Dia terus mendesak dan bahkan menyarankan untuk pinjam uang 10 juta ke Pinjol. Dia juga mengaku perusahaannya sudah memberikan keringanan penurunan setoran dari seharusnya 50 juta.
Aku terguncang, marah dan merasa bodoh. Aku didera penyesalan karena terbujuk untuk mencoba ikut serta event promosi drama Korea. Namun, aku harus fokus mengatasi masalah keuanganku. Ini adalah pelajaran bagiku, untuk tidak lengah menghadapi berbagai macam modus penipuan yang sangat marak terjadi. Korban penipuan terus ada, setelah aku, dengan modus yang kurang lebih sama. Pada pertengahan bulan Mei, setidaknya ada dua orang yang kena tipu, dengan kerugian 147 juta dan 120 juta rupiah. Beware! Banyak penipu yang siap menyapu bersih saldo rekening Anda dengan berbagai cara. (JG)
Diluncurkan pada 14 Agustus 2013, Telegram saat ini menjadi salah satu platform perpesanan terpopuler. Saat ini memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan. Sebagian besar pengguna ini lebih memilih Telegram karena tingkat privasi dan keamanannya yang tinggi. Ada juga fitur berbagi file berukuran besar, tidak seperti kebanyakan platform media sosial yang hanya mengizinkan berbagi file berukuran bit.
Pada April 2020 hingga 2024, Telegram tumbuh sebanyak 500 juta pengguna. Di antara pengguna tersebut terdapat penipu yang ingin memanfaatkan pengguna lain. Belakangan ini terjadi peningkatan Telegram penipuan secara nasional. Oleh karena itu, kami menganggap pantas bagi pengguna untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi diri dari penipuan ini.
Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi delapan penipuan Telegram yang umum terjadi pada tahun 2024 dan memberikan tips tentang cara mengidentifikasi dan menghindarinya.
Apakah aman untuk ngobrol di Telegram?
Aplikasi perpesanan ini relatif aman karena telah dilengkapi dengan fitur keamanan dan privasi. Namun sebagai pengguna Telegram, Anda harus menghindari berbagi informasi sensitif dan ekstra waspada saat menerima pesan dari kontak tidak dikenal .
Penipuan peniruan identitas peringkat AI-gen
Penipu kini menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) untuk menyamar sebagai anggota keluarga, teman, pejabat pemerintah, dan orang tepercaya lainnya. Seringkali, mereka melakukan hal ini dengan mengkloning suara, membuat audio/video, atau menggunakan gambar palsu untuk membuat Anda yakin bahwa Anda sedang berbicara dengan orang tepercaya, pejabat, atau anggota keluarga. Dengan AI, mereka menciptakan interaksi realistis yang menipu pengguna agar mentransfer uang atau berbagi informasi pribadi.
Di saat krisis global atau bencana alam, penipu mengeksploitasi niat baik masyarakat dengan menyamar sebagai organisasi amal. Mereka mengirimkan pesan mendesak untuk meminta sumbangan, sering kali menggunakan situs web palsu atau tautan sumbangan. Misalnya saja, ketika terjadi keadaan darurat kemanusiaan, para penipu telah menciptakan kelompok amal palsu dan memangsa pengguna Telegram yang tidak menaruh curiga. Kita harus waspada, karena para penipu ini berupaya keras untuk membuat badan amal ini terlihat nyata. Mereka mengirimkan tautan atau permintaan pembayaran, menarik empati pengguna. Para korban sering kali menyumbangkan uang, karena yakin bahwa mereka mendukung tujuan mulia, namun kemudian menyadari bahwa amal tersebut palsu.